Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Selamat datang di porosilmu.com kali ini akan ada pembahasan mengenai kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Di blog ini akan membahas dari proses masuknya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, kebijakan pemerintah, pengaruh dan munculnya golongan yang melawan kolonialisme dan imperialisme di indonesia.

Pengertian Kolonialisme

Secara etimologi, kata kolonialisme berasal dari kata colunus ( menguasai ), maka kolonialisme adalah usaha untuk menguasai bangsa lain di luar wilayahnya sendiri untuk mencari kekuasaan dalam bidang ekonomi, SDA, SDM, dan politik.

Sedangkan imperialisme berasal dari kata imperare ( memerintah ), maka imperialisme merupakan usaha untuk memerintah bangsa lain di luar wilayahnya sendiri untuk mencapai cita-cita bangsa yang melakukan imperialisme.

Kolonialisme dan imperialisme dilakukan oleh bangsa barat untuk memenuhi kebutuhannya berupa 3G ( Gold, Glory, dan Gospel ) di seluruh penjuru dunia.

Proses masuk kolonialisme dan imperialisme 

Peristwa masuknya kolonialisme dan imperialisme dilatar berlakangi oleh revolusi industry di Eropa. 

Pada awalnya bangsa eropa memasuki bangsa indonesia dengan sikap ramah dan memperkenalkan diri sebagai pedagang, akan tetapi lama-kelamaan bangsa eropa mulai menguasai praktik perdagangan di indonesia dan mengekspolitasinya secara besar-besaran.

1. Latar belakang 
Datangnya bangsa eropa ke indonesia bertujuan untuk merebut dan menguasai pemerintahan bangsa indonesia. Kedatangannya disebabkan terjadinya beberapa peristiwa seperti terjadinya perang salib (1070 – 1291) yang melibatkan bangsa eropa dengan agama kristen melawan bangsa turki utsmani yag beragama islam. Pada akhirnya bangsa eropa kalah dan membuat bangsa eropa sulit memperoleh rempah-rempah.

Maka untuk bertahan hidup bangsa eropa mencari bangsa lain yang akan dijadikan sumber pendapatan rempah-rempah.  Bangsa eropa melakukan perjalanan yang jauh dengan tujuan 3G (Gold, Glory, dan Gospel) serta semangat pembalasan dendam kepada kaum muslim dimanapun berada (reqonguestea).

2. Bangsa eropa melakukan kolonialisme dan imperialisme

Portugis
Sebelumnya terdapat bangsa-bangsa yang melakukan tindak kolonialisme dan imperilaisme yaitu Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris.

Pada awalnya bangsa Portugis melakukan penjajahan yang dipimpin oleh Bartholomeu Diaz tahun 1450 – 1500.  Dan kepemimpinan berlanjut dengan Vasco da Gama tahun 1469 – 1524, dan yang terakhir adalah Alfonso d’ Albuquerque tahun 1453 – 1515.

Spanyol
Setelah bangsa Portugis, terdapat bangsa Spanyol yang melakukan tindak kolonialisme dan imperialisme dengan misi yang sama. Untuk pertama kalinya dipimpin oleh Christoper Colombus dan Amerigo Vespucci tahun 1451 – 1506, lalu disusul oleh Ferdinand Magelhaens tahun 1519 – 1521. Dan selanjutnya adalah Ferdinand Cortez tahun 1519, dan yang terakhir adalah Pizzaro tahun 1530.

Inggris
Bangsa Inggris melakukan berbagai invasi dengan mendatangkan beberapa tokoh penjajah berkebangsaan Inggris, yaitu Sir Francis Drake tahun 1577 – 1580, lalu disusul oleh Pilgrim Fathers  tahun 1607, dan yang terakhir adalah Sir James Lancester tahun 1591.

Belanda
Bangsa Belanda dalam menjajah Indonesia ditandai oleh Barentz tahun 1594, dan kemudia dipimpin oleh Cornelis de Houtman ahun 1596 dan yang terakhir adalah Jacob van Neck tahun 1598.

Belanda juga ikut andil dalam membentuk kongsi dagang dengan nama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) dengan tujuan memonopoli perdagangan di indonesia. Dan VOC memperoleh hak istimewa dari pemerintahan belanda yaitu:
  1. Hak dalam melakukan monopoli perdagangan
  2. Hak untuk membuat perjanjian kerjasama secara langsung dengan kekuasaan di wilayah tersebut.
  3. Hak membuat dan mempunyai mata uang sendiri.
  4. Hak mempunyai kekuasaan tentara sendiri dan mendirikan benteng pertahanan.


Hak istimewa tersebut memberika pemerintah belanda kekuasaan untuk melakukan monopoli perdagangan kepada penduduk pribumi.

Kebijakan pemerintah kolonial 

Permerintahan kolonial mengeluarkan beberpa kebijakan dalam menjalankan aksinya, tentunya kebijakan tersebut membawa dampak terhadap kehidupan rakyat indonesia.

1. Pemerintahan Herman Willem Deandles
Bangsa belanda diperintah oleh  Napoleon Bonaparte  yang merupakan orang Perancis dengan kata lain bangsa Belanda merupakan anggota sekutu dari Perancis. 

Ketika menjajah bangsa indonesia Napoleon menunjuk Gubernur Jendral yaitu Herman Willem Deandels untuk memperkokoh kekuasaan di Indonesia dari serangan inggris dan mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk keperluan perang dan memperbaiki kondisi keuangan yang memburuk.

Setelah menerima perintah, Deandles langsung merekrut tentara dan mendirikan benteng pertahanan, mendirikan pabrik senjata yang berlokasi di Surabaya dan Semarang, membuat jalan dari anyer sampai panarukan dengan jarak 1100 km, mendirikan pelabuhan di anyer dan ujung kulon, mendirikan rumah sakit tentara, Deandles juga merubah sistem pemerintahan yang sebelumnya kerajaan menjadi sistem pemerintahan yang berlaku di eropa, dengan hasil pulau jawa dibagi menjadi sembilan wilayah (perfektur), dan setiap wilayah dipimpin oleh residen yang membawahi beberapa bupati.

Deandles memiliki jiwa kepemimpinan yang keras dan tegas, tidak sedikit rakyat pribumi yang membenciya, dia juga menerapkan sistem kerja rodi sehingga menimbulkan perlawan dari berbagai wilayah. 

Untuk menghadapi hal tersebut Deandles membutuhkan banyak dana untuk mengatasi perlawanan dengan menjual tanah negara kepada swasta  sehingga menimbulkan kerugian, karena hal tersebut Deandles ditarik oleh Raja Napoleon Bonaparte dari kekuasaannya dan digantikan oleh Jan Willem Janssen.

2. Pemerintahan Jan Willem Janssen.
Dengan pemerintahan yang baru, pengaruh belanda dan perancis mulai berkurang karena pola pemerintahan saat ini kurang taktis dan lemah, sehingga Jan Willem Janssen menyerah kepada Inggris. 

Pada awalnya inggris menyerang bangsa Indonesia dan Jan Willem Janssens tidak bisa memenangkan pertarungan sehingga dia menyetujui Perjanjian Kapitulasi Tuntang tahun 1811 yang berisi bahwa “ militer belanda yang berada di Asia Timur jatuh ke tangan militer Inggris, wilayah pulau jawa dan madura serta seluruh pelabuhan milik Belanda menjadi milik Inggris.” Sehingga bangsa Indonesia jatuh ketangan Inggris yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffless.

3. Pemerintahan Thomas Stamford Raffless.
Setelah lepas dari pemerintahan Belanda sekarang bangsa Indonesia dikuasai oleh bangsa Inggris dan ketika pemerintahan Thomas dia menghapuskan berbagai kebijakan yang diterapkan oleh Deandles dalam segi ekonomi. Antara lain:
  1. Penghapusan sistem monopoli
  2. Penghapusan sistem kerja rodi
  3. Penghapusan pajak dan sistem wajib menyerahkan hasil bumi
  4. Penghapusan sistem penyerahan upeti kepada Belanda dan diganti menjadi sistem sewa tanah.


Thomas juga melakukan perubahan pada sistem pemerintahannya yaitu pulau jawa tetap dibagi menjadi 16 keresidenan dan dipimpin oleh bupati tetapi pada masa pemerintahannya, Thomas telah terbentuk system pengadilan berdasarkan pengadilan di Inggris di setiap wilayahnya.

Menyerahnya Napoleon Bonaparte kepada Inggris membuat Belanda terlepas dari Perancis, maka dari itulah terbentuk perjanjian “ Convention of London “ yang berisi bahwa penyerahan kembali daerah kekuasaan Belanda yang direbut oleh Inggris kepada Belanda. 

Pada tanggal 19 Agustus 1816 terjadi penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada pemerintahan Belanda di Batavia, disana pihak Inggris diwakili oleh John Fendall dan pihak Belanda diwakili Mr. Ellout, Van de Capellen, dan Buyskeys.

4. Pemerintahan van Den Bosch
Setelah pemerintahan Belanda menguasai Indonesia, maka Van Den Bosch menjabat sebagai Gubernur Jendral pada saat pemerintahannya dia membuat beberapa kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia, antara lain dia memberlakukan sistem tanam paksa untuk menyelesaikan hutang dan kas pemerintahan, tanam paksa yaitu kewajiban bagi setiap pemilik lahan untuk menanam tanaman yang laku dipasaran internasional (lada, teh, kina, dll). Pelaksanaan sistem tanam paksa tertulis di Staatblat No. 22 tahun 1834.

Dalam kenyataannya pelaksanaan sistem tanam paksa memperoleh kritikan keras dari berbagai pihak baik dari rakyat pribumi, atau pihak Belanda yaitu pihak humanis dan liberal. Maka sistem tanam paksa dihapuskan oleh pemerintah Belanda tahun 1870.

Pemerintah Belanda menggantikan sistem tanam paksa dengan sistem politik terbuka dengan memberikan hak untuk rakyat pribumi mempunyai lahan dengan syarat para petani wajib menyewakan lahan untuk pemerintah sehingga pemerintah bisa menyewakan kepada pihak swasta selama 75 tahun.

Perbedaan pengaruh kolonialisme dan imperialisme

Perbedaan antara kolonialisme dan imperialisme terdapat pada kebijakan yang diterapkan bangsa eropa yang seharusnya diambil  berdasarkan kebijakan pemerintahan pusat di negara asalnya. 

Adanya perbedaan karena beberapa sumber daya alam dan sumer daya manusia yang dimiliki oleh masing-masing wailayah dan letak startegis yang diduduki oleh wilayah tersebut.

Munculnya berbagai perlawanan 

Karena permerintahan yang tidak memperdulikan peri kemanusia dan sangat merugikan rakyat pribumi maka timbulah banyak perlawanan dikalangan masyarakat. Perlawanan tersebut dibuktikan dengan adanya perlawanan sebagai berikut:

1. Perlawan terhadap Portugis
Perlawanan ini terjadi dengan peristiwa diangkatnya senjata oleh Malaka (Pate Kadir) dan Demak (Pati Unus) tahun 1512 dan melancarkan perlawanan yang sengit kepada Portugis. 

Dan tahun 1513 Aceh mulai menyerang Portugis yang berorientasi terhadap agama, rakyat Aceh bahkan meminta bantuan kepada kerajaan Turki. Dan disusul dengan perlawanan rakyat Tidore  tahun 1529 dengan bantuan Spanyol.


2. Perlawanan terhadap VOC
Mengingat kebijakan yang diterapkan oleh VOC mulai menimbulkan beberapa perlawanan di berbagai wilayah. Maluku menjadi pelopor dalam melawan VOC kemudian disusul dengan rakyat Makasar  dan yang terakhir perlawanan dari Tarunajaya yang dipimpin oleh Pangeran Adipati Anom.

3. Perlawanan terhadap Belanda
Tindak sewenang wenang selalu dilihatkan oleh pemerintah Belanda, sehingga menimbulkan penderitaan dan kerugian terhadap rakyat pribumi. Rakyat Maluku akhirnya memberontak , karena sistem wajib menyerahkan upeti kepada pemerintah membuat Pattimura berani memimpin rakyat Saparua melakukan perlawanan. Mengetahui hal tersebut pemerintah Belanda menangkap Pattimura dan memberikan hukuman gantung.


Pada tahun 1815 – 1837 kaum padri dan kaum adat di Sumatera Barat melakukan perlawanan terhadap Belanda yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol dan dibantu oleh Sentot Alibasyah.

Dan kemudian disusul peristiwa perang Diponegoro tahun 1825 – 1820 yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dengan strategi gerilya, akan tetapi strategi tersebut berhasil digagalkan oleh Belanda dengan siasat Benteng Stelsel.

Dan yang terakhir adalah perang Japarag Ameletus di Bali tahun 1849. Perang ini bermula saat kapal Belanda terjebak di Buleleng karena masyarakat setempat mematuhi hukum yang ada, maka kapal yang masuk ke daerah tersebut harus menjadi hak milik kerajaan Buleleng, akantetapi Belanda menolak hal tersebut dan terjadilah perang antara kerajaan Bulelelng dengan Belanda yang dipimpin oleh Gusti Ketut Jelantik.