Teori Pembentukan Kulit Bumi
Bumi bisa dikatakan sebagai hal paling penting yang
mendukung kehidupan manusia. Bagaimana tidak, di bumi inilah, manusia bisa
menikmati kehidupan dengan baik. Bumi yang ditinggali manusia ini sudah ada
jauh sebelum keberadaan manusia.
Selain bumi, di alam semesta ini juga terdapat planet
- planet lain. Namun, di antara kesemua planet yang ada dalam tata surya, hanya
bumi sajalah yang dapat ditempati manusia dan satu -satunya yang berisi
kehidupan.
Para pakar berpendapat bahwa bumi dan planet - planet lain
yang berada pada lintasan tata surta terbentuk secara bersamaan. Hal ini
didasarkan pada peredaran bumi dan planet - planet lain yang mengelilingi
matahari, di mana semuanya berada hampir di satu bidang.
Bumi sendiri terbentuk melalui proses yang sangat panjang
dan terus mengalami perkemabangan hingga saat ini. Artinya, dari awal
pembentukannya hingga saat ini, bumi telah mengalami banyak perkembangan atau
perubahan.
Para pakar yang meneliti fosil serta batuan geologi bumi memperkirakan
bahwa bumi ini sudah mulai terbentuk sejak eon (kurun) Hadean yakni sekitar 4,5
milliar tahun silam.
Sejarah Pembentukan Bumi
Para ilmuwan meyakini bahwa bumi dan tata surya ini asalnya
dari awan gas dan debu. Awan gas dan debu inilah yang berputar lalu menyusut
karena dipengaruhi gaya berat. Materi gas dan debu yang menyusut ini lalu
menyebabkan terjadinya peningkatan temperature dan tekanan, yang pada akhirnya
membentuk matahari.
Matahari ini lalu berputar dengan cepat sehingga
mengakibatkan lepasnya materi debu yang telah memadat dan membentuk bola -bola
batuan, yang salah satunya adalah bumi. Ketika proses pembentukan, bumi
berwujud bola pijar yang panas.
Bagian luar bumi kemudian lama -kelamaan menjadi dingin dan
mengeras. Meski bagian luarnya telah mendingin, tapi suhu bumi bagian tengah
(inti bumi) masih sangat panas, bahkan hingga kini. Bola batuan inilah yang
merupakan bentuk awal dari planet bumi.
Bagian inti bumi yang berupa cairan dan nikel memisahkan
diri dari mantel atau kulit bumi. Lalu, terjadilah penguapan dari berbagai gas,
termasuk hydrogen dan helium secara besar -besaran dari dalam bumi. Dan hal ini
membentuk atmosfer primitif. Atmosfer ini lalu mengakibatkan terjadinya proses
pendinginan bagian luar bumi. Pendinginan yang terjadi secara berangsur -angsur
ini membentuk kerak bumi.
Proses pembentukan bumi ini serupa dengan apa yang
disampaikan oleh Kant -Laplace. Menurutnya, bumi mulai terbentuk milliaran
tahun silam akibat material pembentuk bumi yang berupa gas pijar terlepas dari
matahari. Lalu, material tersebut lambat laut mendingin dan membentuk kulit
batuan.
Kondisi seperti inilah yang mengakibatkan bagian luar bumi
bersifat padat, sementara bagian dalamnya masih bersifat cair dan sangat panas.
Awal Pembentuk Kerak Bumi
Eon (kurun) Arkean (2,5 - 4,5 milliar tahun yang lalu)
adalah awal dari terjadinya pembentukan batuan kerak bumi, yang selanjutnya
berkembang menjadi protokontinen. Pada masa ini, batuan disebut kraton atau
perisai dunia dan ditemukan di beberapa bagian dunia.
Batuan tertua pada masa ini yang ditemukan telah berumur
hingga 3,8 millar tahun. masa inilah yang dicatat para ahli sebagai awal
kemunculan kehidupan primitid di samudra. Awal kehidupan tersebut berupa
ganggang dan bakteri atau mikroorganisme.
Hal ini didasarkan pada bukti diketemukannya fosil Cyanobacteria
dan Stromatin yang usianya mencapai 3,5 millar tahun. Pada Eon
Proterozoikum (2,5 milliar - 590 juta tahun yang lalu), sudah mulai terbentuk
hidrosfer dan atmosfer.
Kemudian, mulailah terbentuk kehidupan yang lebih kompleks.
Hewan -hewan uniseluler mulai berkembang menjadi hewan multiseluler (eukariyotik
dan prokariyotik). Eon Arkean dan Proterozoikum juga disebut sebagai
zaman (periode) Prakambrium.
Teori Pembentukan Kulit Bumi
Secara umum, bumi dapat dibagi dalam dua bagian, yakni
bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar bumi disebut juga sebagai kulit bumi.
Kulit bumi bersifat keras, dingin dan tipis dengan ketebalan kurang dari 150
km. Sementara bagian dalam bumi disebut sebagai magma, yang bersifat cair dan
panas.
Para pakar bumi berpendapat bahwa gerakan magma di dalam
bumi ini dapat menimbulkan pelebaran alur -alur di dasar samudra, gerakan benua
-benua, pola seismic serta kegiatan vulkanik dunia. Karenanya, dari waktu ke
waktu kulit bumi terus mengalami perubahan.
Dari fenomena ini, para pakar berusaha untuk mengungkapkan
proses perubahan dan perkembangan kulit bumi yang terjadi di masa lalu,
sekarang dan juga prediksi untuk masa mendatang.
Para ahli ini merangkumnya dalam berbagai teori pembentukan kulit bumi. Ada beberapa teori pembentukan bumi yang cukup populer yang
dikemukakan para ahli, yakni Teori Kontraksi, Teori Dua Benua, Teori Apungan
Benua, Teori Konveksi, dan Teori Lempeng Tektonik.
1) Teori Kontraksi (Contraction Theory)
Teori kontraksi pertama kali disampaikan oleh Rene Descrates
(1596 - 1650). Menurutnya, semakin lama bumi semakin menyusut dan mengerut
lantaran terjadinya proses pendinginan. Karenanya, di bagian luar bumi
terbentuklah relief yang berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori kontraksi ini juga didukung oleh James Dana (1847) dan
Elie de Baumant (1852). Kedua pakar ini menyatakan bahwa bumi mengalami
pengerutan karena proses pendinginan yang terjadi di bagian dalam bumi sehingga
mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut dan membentuk pegunungan serta
lembah -lembah.
2) Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)
Teori Dua Benua pertama kali diungkapkan oleh Edwads Zeuss
di tahun 1884. Teori dua benua mengungkapkan bahwa awalnya, bumi terdiri dari dua
benua yang amat besar, yakni Laurasia yang berada di Kutub Utara dan Gondwana
yang ada di sekitar Kutub Selatan. Lalu, kedua benua ini bergerak perlahan ke
arah ekuator bumi.
Karena saling bertabrakan, ekdua benua ini akhirnya terpecah
-pecah menjadi benua -benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Aisa,
Eropa serta Amerika Utara. Sementara Gondwana terpecah mnejadi Afrika,
Australia dan Amerika Selatan.
3) Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori apungan benua adalah pendapat dari Alfred Wegener yang
diungkapkan tahun 1912. Menurutnya, pada awalnya di bumi ini hanya terdapat
satu menua yang maha besar, yang disebut dengan Pangaea. Benua ini lalu
terpecah -pecah dan terus bergerak. Gerakan rotasi bumi yang bersifat
sentrifugal mengakibatkan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju ke
ekuator.
Teori ini dikemukannya atas dasar bukti pendukung, yang
menunjukkan adanya kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika
Selatan bagian timur, serta kesamaan batuan dan fosil yang ada di kedua daerah
tersebut.
4) Teori Konveksi (Convection Theory)
Teori konveksi ini disampaikan oleh Arthur Holmes dan Harry
H Hess dan dikembangkan lagi oleh Robert Diesz. Para pakar ini berpendapat
bahwa di dalam bumi yang masih panas dan berpijar, terjadi arus konveksi ke
arah lapisan kulit bumi yang ada di atasnya.
Saat arus konveksi membawa materi lava hingga ke permukaan
bumi, maka laa tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru.
Lapisan baru ini lalu menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Teori konveksi ini didasarkan atas bukti adanya punggung
tengah samudra (mid oceanic ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan
Pacific Atlantic Ridge. Bukti lain juga didasarkan pada penelitian umur
dasar laut yang terbukti bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudra, maka
umur batuan akan semakin tua.
Hal ini berarti bahwa ada gerakan yang berasal dari mid
ocean ridge menuju ke arah berlawanan, seperti yang disebabkan oleh adanya
arus konveksi dari lapisan bawah kulut bumi.
5) Teori Lempeng Tektonik (Plate Tectonic Theory)
Sifat lapisan luar bumi yang padat dan kaku, serta berada di
atas lapisan plastis atau cair mengakibatkan lapisan permukaan bumi jadi tidak
stabil. Akibatnya, lapisan bumi selalu bergerak mengikuti gerakan lapisan di
bawahnya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi terjadinya teori Lempeng
Tektonik yang pertama kali diungkapkan tahun 1968.
Teori lempeng tektonik merupakan bentuk kenyataan mutakhir
dalam ilmu geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi dari bentuk permukaan
bumi. Teori ini dicetuskan oleh Tozo Wilzo, yang menurutnya kulit bumi atau
litosfer ini terdiri dari beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan
astenosfer.
Lempeng -lempeng tektonik pembentuk kulit bumi ini selalu
mengalami pergerakan karena adanya pengaruh dari arus konveksi yang terjadi di
lapisan astenosger yang ada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Demikian pemaparan mengenai Teori Pembentukan Kulit Bumi. Semoga bermanfaat.
Demikian pemaparan mengenai Teori Pembentukan Kulit Bumi. Semoga bermanfaat.