Pengertian Majas dan 18 Macam Majas

Pengertian majas/ gaya bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah kemampuan dalam memilih kata-kata dan memadukannya dengan tujuan
memberikan bentuk pada lukisan atau deskripsi sehingga apa yang diungkapkan
menjadi lebih hidup dan menimbulkan kesan lebih mendalam. Secara sederhana,
gaya bahasa dapat dipahami sebagai mengkombinasikan kata-kata untuk membuatnya
lebih berkesan.
Macam - macam Majas/ gaya bahasa
Gaya bahasa ada
bermacam-macam bentuk. Masing-masing bentuk memiliki ciri masing-masing dan
kegunaannya sendiri. Berikut adalah beragam gaya bahasa yang dikenal:
1. Majas Metafora
Metafora adalah
gaya bahasa yang berupa perbandingan
langsung dari suatu benda dengan
benda lain yang memiliki sifat sama. Biasanya, metafora menggunakan
perbandingan sifat suatu benda dengan karakter yang kuat. Simak lebih lanjut di pengertian dan contoh majas metafora.
Contoh:
- Semangatnya membaja untuk bisa meraih juara pertama.
- Tunas-tunas bangsa adalah agen pembangunan negara.
2. Majas Asosiasi
Asosiasi adalah
majas yang membandingkan suatu benda dengan benda lain yang disebutkan secara
jelas, sehingga memperjelas benda atau kondisi yang diperbandingkan. Meskipun
sama-sama membandingkan satu benda dengan benda lain, asosiasi berbeda dengan
metafora. Dalam asosiasi, perbandingannya disebutkan secara jelas, sedangkan
dalam metafora tidak.
Contoh:
- Hatinya yang lembut bagaikan sutera yang anggun.
- Raut mukanya pucat bagaikan mayat.
3. Majas Personifikasi
Majas
personifikasi menggunakan gaya bahasa dengan mengumpamakan benda mati layaknya
makhluk hidup yang dapat bertingkah laku seperti manusia. Majas ini sangat
mudah diingat dari kata ‘person’
yang berarti orang. Jadi, personifikasi dapat diartikan mengorangkan sesuatu
(benda). Simak penjelasan serta contohnya di pengertian dan 50 contoh majas personifikasi.
Contoh:
- Aku terkagum melihat ombak yang berkejaran menuju tepian pantai.
- Tatapan mata itu menjeritkan derita yang mendalam.
4. Majas Metonomia
Metonomia merupakan
gaya bahasa yang menggunakan sebuah nama yang berasosiasi dengan suatu benda,
untuk menggantikan penyebutan benda tersebut. Metonomia identik dengan nama
suatu merk atau nama benda yang sudah terkenal, sehingga dengan menyebutnya
saja orang sudah tahu. Untuk contoh yang lebih lengkap silahkan simak artikel contoh majas metonomia.
Contoh:
- Kami sekeluarga naik kijang untuk berlibut ke rumah nenek. (kijang = mobil)
- Ayah minta dibelikan gudang garam. (gudang garam = rokok)
5. Majas Simbolik
Simbolik
merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan untuk melukiskan
sesuatu dengan menggunakan benda-benda sebagai simbol atau perlambang.
Contoh:
- Warna putih lambang kesucian
- Warna merah lambang keberanian
- Warna hitam lambang kedukaan
6. Majas Eufemisme
Eufemisme adalah
gaya bahasa yang menggunakan kata-kata lain untuk menggantikan suatu kata yang
sama maknanya, dengan maksud memperhalus artinya. Eufemisme digunakan untuk
membuat suatu kata menjadi lebih sopan atau tidak menyinggung.
Contoh:
- Jika hendak ke belakang, minta izin pada Pak Guru terlebih dahulu. (ke belakang = buang air)
- Anak yang kurang pikiran itu harusnya dimaklumi. (kurang pikiran = abnormal)
7. Majas Alusio
Gaya bahasa
alusio menggunakan bahasa kiasan berupa peribahasa atau ungkapan yang sudah
dikenal umum.
Contoh:
- Kelakuan ibu dan anak itu setali tiga uang. (sama saja)
- Kasihan nenek itu, sudah jatuh tertimpa tangga. (tertimpa kemalangan berkali-kali)
8. Majas Hiperbola
Hiperbola adalah
majas yang mengungkapkan suatu keadaan dengan berlebihan sehingga memiliki
kesan yang sangat. Majas ini mudah diingat dari kata ‘hiper’ yang identik dengan sesuatu yang berlebihan. Simak lebih lanjut di pengertian dan contoh majas hiperbola.
Contoh:
- Suaranya keras memecahkan gendang telinga.
- Anak itu bercita-cita setinggi langit.
9. Majas Litotes
Litotes adalah
majas yang menggunakan kata-kata yang berlawanan atau bertentangan dengan
kondisi sebenarnya dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
- Saya harap Anda tidak keberatan mampir di gubuk kecil saya.
- Semoga Saudara berkenan mendengar nasihat saya yang tidak berarti.
10. Majas Sinekdot
Majas Sinekdot
terbagi dalam dua macam yakni, sinekdot pars
pro toto dan totem pro parte.
Sinekdot pars pro toto menyebutkan sebagian dari suatu benda, tetapi yang dimaksud adalah keseluruhan. Untuk mengingatnya, dapat menggunakan bahasa inggris ‘part to tatal’ yang artinya sebagian untuk seluruhnya.
Contoh:
- Adik membeli tiga ekor kelinci. (ekor kelinci dimaksudkan untuk menyebut satu kelinci utuh/ bukan ekornya saja).
- Sudah lama aku tidak melihat batang hidungnya. (batang hidungnya dimaksudkan untuk menyebut satu orang dan bukan hidungnya saja)
Sinekdot totem pro parte, menyebutkan
keseluruhan dari suatu benda padahal yang dimaksudkan hanya sebagiannya saja.
Totem pro parte merupakan kebalikan dari pars pro toto. Untuk mengingat totem
pro parte, dapat dihafalkan dari bahasa inggris ‘total to part’ yang maksudnya total atau keseluruhan untuk
sebagian.
Contoh:
- Universitas itu memenangkan hadiah pertama pada lomba lari. (universitas yang dimaksudkan hanyalah sebagian mahasiswa yang mewakilinya saja, dan bukan setiap orang didalamnya)
- Indonesia baru saja membawa pulang piala kejuaraan bulu tangkis dunia. (Indonesia yang dimaksud hanya sebagian orang yang mewakilinya saja)
11. Majas Ironi
Majas ironi
adalah gaya bahasa untuk menyindir dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan
dengan maksud memberi sindiran secara halus agar tidak tersinggung. Untuk contoh lebih lanjut silahkan baca kumpulan contoh majas ironi.
Contoh:
- Rajin sekali kamu, jam 10 pagi sudah bangun. (yang dimaksud malas)
- Makanmu sedikit sekali. (yang dimaksud banyak)
12. Majas Sinisme
Majas sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata apa adanya dan tidak ada
maksud untuk memperhalus. Bahasa sindiran dalam sinisme lebih kasar dari majas
ironi. Karena mengungkapkan sindiran secara langsung, maka penyampaiannya dapat
membuat orang sinis sehingga majas ini dapat diingat-ingat dengan kata sinis.
Contoh:
- Kamu malas sekali, sudah jam 10 baru bangun.
- Makanmu banyak sekali, sampai hapir habis stok makanan dirumahku.
13. Majas Sarkasme
Majas sarkasme
adalah gaya bahasa sindiran yang sangat kasar, lebih kasar dari sinisme. Sarkasme
menggunakan kata-kata yang tidak sopan seperti makian. Jadi majas sindiran ada
ironi, sinisme dan sarkasme, yang memiliki tingkat kesopanan dan kekasaran dari
ironi paling sopan, sinisme apa adanya tapi cukup kasar, dan sarkasme sangat
kasar karena berupa makian. Sarkasme dapat diingat-ingat menggunakan kata ‘kasar’ yang mirip dengan sarkas.
Contoh:
- Dasar setan, wajahmu membuatku ingin muntah.
- Tingkah lakumu seperti binatang membuatku muak.
14. Majas Pleonasme
Pleonasme adalah
gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu disebutkan
karena sudah jelas, namun kata-kata itu digunakan untuk menegaskan sehingga
tetap disebutkan.
Contoh:
- Dia terus melirik gadis itu dengan matanya yang jelalatan. (melirik tentu menggunakan mata, sehingga menyebutkan ‘dengan matanya’ hanya sebuah penegasan)
- Dia dengan bangga maju ke depan untuk menerima penghargaan. (maju tentunya adalah ke depan sehingga kata ‘ke depan’ hanya berupa penegasan)
15. Majas Retoris
Retoris
merupakan bentuk gaya bahasa yang bertujuan untuk menegaskan menggunakan
kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban.
Contoh:
- Siapa orang yang mau dihina dan dijajah orang asing?
- Mana ada orang yang hidup lagi setelah kematian?
16. Majas Asidenton
Asidenton adalah
gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hal, keadaan atau benda secara
berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
- Jiwanya, pikirannya, hartanya disumbangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan.
- buku-buku, surat kabar, majalah dirobek-robek oleh adik.
17. Majas Paradoks
Paradoks merupakan
gaya bahasa yang berisi dua hal yang dipertentangkan, tetapi hal yang
dipertentangkan itu merupakan hal yang berbeda. Untuk contoh majas paradoks yang lebih lengkap, silahkan baca 50 contoh majas paradoks.
Contoh:
- Wajahnya buruk, tetapi hatinya baik.
- Ia hidup miskin, tetapi hidupnya bahagia.
18. Majas Antitesis
Antithesis
menggunakan paduan kata-kata yang berupa antonym atau berlawanan dan dijadikan
satu.
Contoh:
- Kaya miskin, pria wanita, memiliki hak sama di mata hukum.
- Tua muda, baik buruk, semua terkena dampak bencana longsor.
Referensi: