Persebaran Flora dan Fauna Dunia

Flora dan fauna yang ada di dunia sangat banyak dan beragam. Namun, tidak semua jenis flora dan fauna dapat tumbuh di setiap tempat. Setiap daerah dapat memiliki flora fauna khusus yang mungkin tidak dapat ditemukan di daerah lain. 

Kondisi kekhususan lokasi flora dan fauna ini baru disadari oleh para ilmuwan pada abad ke XV. Ketika itu, terjadi penjelajahan besar-besaran yang membuat mereka menyadari bahwa ternyata di kawasan lain di luar tempat tinggal mereka, terdapat aneka flora dan fauna yang memiliki ciri khas berbeda. 

Para ilmuwan pun mulai mencari tahu apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan persebaran flora dan fauna di dunia ini. Akhirnya, para ilmuwan berkesimpulan bahwa perbedaan persebaran flora dan fauna di muka bumi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor meliputi:

Iklim 

Iklim tentu sangat berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna. Ini karena flora tertentu hanya dapat hidup di daerah dengan iklim tertentu pula. Artinya, iklim adalah salah satu faktor pendukung kehidupan flora dan fauna tertentu yang sekaligus juga menjadi rintangan bagi flora dan fauna tertentu untuk hidup dan berkembang.

Sebagai contoh, tanaman seperti teh, apel, dan kina hanya dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim sejuk. Itulah sebabnya, flora tersebut tidak ditemui di dataran rendah yang beriklim panas karena tumbuhan tersebut tidak mampu bertahan hidup dengan baik di iklim panas. 

Sebaliknya, pohon kurma hanya bisa tumbuh dengan baik di daerah yang panas. Sementara iklim dingin akan menghambat bahkan mematikan pertumbuhan pohon kurma.

Hal ini juga berlakuk pada fauna. Misalnya saja beruang kutub yang hanya dapat ditemui di Kutub Utara yang dingin, karena udara kutub dingin mendukung kehidupan beruang kutub. Beruang kutub membutuhkan salju dan makanan yang hanya tersedia di daerah beriklim dingin. 

Sebaliknya, unta hanya dapat ditemui di daerah beriklim panas, karena unta tidak dapat bertahan hidup di daerah dingin seperti tempat hidup beruang kutub.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kondisi iklim bumi yang berbeda-beda mempengaruhi perbedaan flora dan fauna di masing-masing wilayah. Hal inilah mengapa iklim menjadi sangat berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna di dunia.

Kondisi fisik muka bumi 

Kondisi fisik permukaan bumi pada dasarnya adalah tidak rata. Permukaan bumi dapat berupa pegunungan tinggi, pegunungan rendah, laut, atau pun gurun pasir yang luas. Kondisi ini dapat menjadi rintangan bagi makhluk hidup untuk dapat berpindah.

Sebagai contoh, Zebra zarafah, dan kuda nil hanya terdapat di Afrika dan tidak terdapat di Amerika. Ini karena di antara kedua benua itu terbentang Laut Atlantik yang luas yang tidak mudah mereka seberangi. Kondisi semacam ini juga terjadi di Indonesia. 

Fauna di Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu tipe Asia, Australia, dan tipe peralihan. Perbedaan tipe-tipe ini dikarenakan adanya lautan yang memisahkan masing-masing wilayah. Perbedaan ini menjadi bukti bahwa kondisi fisik muka Bumi seperti lautan menjadi salah satu penghalang persebaran flora dan fauna di muka Bumi.

Namun, lautan tidak selalu menjadi rintangan bagi perpindahan flora dan fauna. Bagi flora dan fauna tertentu, lautan justru menjadi perantara perpindahan. Misalnya saja pada pohon kelapa. Persebaran pohon kelapa hingga dapat ditemui di berbagai tempat adalah karena dihanyutkan oleh laut. 

Ini pula yang berpengaruh pada ciri-ciri pesisir pantai di Indonesia yang banyak terdapat pohon kelapa. Selain itu, fauna yang hidup di laut seperti ikan dan binatang laut lainnya juga tersebar melalui lautan.

Selain lautan, pegunungan juga dapat menjadi contoh kondisi muka bumi yang menjadi penghalang bagi beberapa flora dan fauna. Misalnya saja seperti yang dibuktikan pada sebuah penelitian bahwa Pegunungan Andes di Amerika Selatan menghalangi perpindahan burung dari barat ke timur maupun sebaliknya.


Adaptasi 

Adaptasi mengarah pada kemampuan tiap-tiap spesies untuk dapat bertahan hidup pada kondisi tertentu. Kita mungkin tidak akan menemukan kera yang tinggal di gurun, ataupun ikan air tawar yang mampu bertahan hidup di lautan. 

Penyebabnya adalah organisme itu telah beradaptasi dengan lingkungannya. Kera telah beradaptasi terhadap hutan dan pepohonan yang tidak ditemukan di daerah gurun. Demikian pula dengan ikan air tawar dan ikan air laut, yang masing-masing beradaptasi terhadap lingkungannya.

Adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu:

a. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi merupakan adaptasi yang dilakukan melalui penyesuaian ‘bentuk tubuh’ dari makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. 

Contoh penyesuaian tersebut misalnya pada tumbuhan di gurun yang memiliki akar kuat dan panjang, yang berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. 

Contoh lain, adalah burung elang yang memiliki paruh kuat dan tajam, yang berfungsi untuk mencengkeram dan membunuh mangsanya.

b. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi merupakan bentuk penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Proses adaptasi ini dapat dilihat pada cumi-cumi dan gurita yang memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. 

Tinta ini berguna untuk melindungi tubuh ketika musuh menyerang. Tinta yang disemprotkan ke air dapat membuat kedudukan cumi-cumi dan gurita tidak terlihat sehingga mereka memiliki kesempatan untuk melarikan diri.

c. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi ini merupakan penyesuian yang didasarkan pada tingkah laku. Sebagai contoh, tingkah laku dari beberapa hewan yang pura-pura mati atau tidur untuk mengelaui musuhnya, seperti yang dilakukan tupai virginia. Tupai ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.

Adaptasi sangat mempengaruhi bagaimana flora dan fauna mampu bertahan hidup. Misalnya saja seperti kaktus yang telah beradaptasi terhadap lingkungan dengan lahan kering sehingga mampu bertahan hidup di gurun. 

Padahal, sebenarnya kaktus berasal dari nenek moyang yang merupakan tumbuhan hutan tropis yang biasa hidup di daerah lembab.

Baca juga: Pengertian dan Jenjang Kehidupan dalam Biosfer

Seleksi alam 

Alam memiliki kemampuan untuk menyeleksi makhluk hidup yang tinggal di bumi. Seleksi alam merupakan suatu proses dimana alam menjadi penghambat yang membatasi pergerakan atau perkembangan dari spesies tertentu sehigga hanya meninggalkan jenisnya yang mampu bertahan hidup.

Hal ini dapat dilihat dari contoh capung yang banyak ditemukan sekarang ini. Dahulu capung memiliki warna-warni yang beragam, dari yang berwarna kusam hingga berwarna cerah, seperti capung warna merah atau kuning. 

Kini, capung yang berwarna merah dan kuning cerah nyaris tidak ada. Hal ini disebabkan oleh seleksi alam dimana capung yang berwarna cerah mudah sekali terlihat oleh predatornya, yaitu burung-burung sawah dan burung layang-layang. 

Capung-capung berwarna cerah pun lebih sering dimangsa sehingga sulit berkembang biak. Sebaliknya, capung berwarna kusam dapat terhindar dari pemangsanya sehingga bisa berkembang biak hingga sekarang.

Makanan 

Makanan adalah hal utama bagi makhluk hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang. Hal inilah yang membuat faktor makanan sangat berpengaruh terhadap persebaran flora fauna di dunia. Masing-masing jenis flora dan fauna memiliki jenis makanannya sendiri yang sesuai dengan kebutuhannya. 

Padahal, tidak semua wilayah menyediakan seluruh jenis kebutuhan makanan dari setiap jenis flora dan fauna. Karenanya, flora dan fauna akan mampu bertahan hidup dengan lebih baik di wilayah dimana kebutuhan makananya dapat terpenuhi.

Misalnya saja Koala yang hanya terdapat di Australia. Ini karena Koala memakan ekaliptus jenis tertentu yang hanya tumbuh di wilayah itu. Seperti halnya Panda yang hanya hidup di daerah pegunungan sejuk yang ditumbuhi bambu yang merupakan makanan utamanya. 

Koloni atau persekutuan hidup 

Beberapa jenis flora dan fauna ada yang secara alami harus hidup secara koloni/ bersekutu untuk dapat bertahan hidup. Pepohonan di hutan misalnya, hampir kesemuanya telah membentuk perpasangan dengan cendawan tanah tertentu. 

Bagi pepohonan, cendawan yang tumbuh di dalam maupun di luar akar pohon membantu penyerapan unsur hara. Karenanya, ketika pohon tersebut dipindahkan ke daerah lain yang tidak terdapat cendawan tersebut, maka pohon itu tidak dapat tumbuh dengan baik. 

Begitu juga dengan tumbuhan Aconitum di Amerika Utara. Aconitum sangat tergantung pada tawon tertentu yang berkeliaran di daerah tersebut untuk penyerbukan silang. Sehingga tumbuhan ini pun persebarannya hanya sejauh pengembaraan tawon itu.

Selain dari keenam faktor perseberan flora dan fauna yang telah disebutkan di atas, manusia dapat digolongkan sebagai pihak yang berperan dalam persebaran tersebut. Manusia memiliki kemampuan untuk menghambat ataupun mendorong persebaran flora dan fauna hingga menempuh jarak yang sangat jauh. 

Manusia mampu menjelajah dan membawa flora atau fauna dari daerah tertentu untuk dibudidayakan di daerah lain. Dengan penguasaan teknologi pula, manusia pun bisa mengkondisikan suhu, habitat serta makanan bagi flora dan fauna atau bahkan melakukan upaya rekayasa genetika untuk membuat flora dan fauna mampu bertahan hidup di luar habitat aslinya.

Sumber: www.cabrillo.edu