Kaidah dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Kaidah dalam Ejaan Yang Disempurnakan

EYD mulai resmi dipergunakan sejak tanggal 17 Agustus 1972, berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 52, tahun 1972. Berikut ini adalah beberapa aturan yang terdapat pada EYD:

1. Penggunaan Huruf Besar (Kapital)

1.1.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat.

Contoh: Kita harus segera berangkat.

1.2.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contoh: Kakak bertanya, “Kapan kita berangkat?”

1.3.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya.

Contoh: Allah; Yang Maha Pemurah; Quran; Al-Kitab

1.4.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh: Haji Samanhudi; Nabi Adam; Sultan Iskandar Muda; Mahaputra Yamin

1.5.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti dengan nama orang.

Contoh: Menteri Adam Malik; Presiden Sukarno

1.6.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama nama orang

Contoh: Cut Nyak Dien; Muhammad Hatta

1.7.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

Contoh: bangsa Indonesia; suku Batak; bahasa Korea

1.8.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh: tahun Hijrah; bulan September; hari Proklamasi; Proklamasi Kemerdekaan

1.9.Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

Contoh: Eropa Barat; Danau Toba; Jalan Slamet Riyadi; Bandung

1.10. Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.

Contoh: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia; Departemen Dalam Negeri

1.11. Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti: ‘di, ke, dari, untuk dan yang’ yang tidak pada posisi awal.

Contoh: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma; Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Pertama

1.12. Huruf besar digunakan dalam singkatan nama gelar dan sapaan.

Contoh: Dr. (Doktor); Ir. (Insinyur); Prof. (Profesor); Tn. (Tuan)

2. Penulisan Kata Turunan

2.1.Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Contoh: bertepuk tangan; sebar luaskan (karena salah satu kata dari gabungan kata tersebut masih berupa ‘kata dasar’ maka masing-masing kata dipisahkan dengan spasi, seperti pada kata ‘tangan’ dan ‘sebar’ yang masih merupakan kata dasar (tidak mendapat imbuhan)).

2.2.Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai (tanpa dipisahkan dengan spasi).

Contoh: memberitahukan; melipatgandakan; mempertanggungjawabkan (dua kata yang digabungkan diapit oleh awalan dan akhiran sekaligus, sehingga penulisannya langsung tanpa spasi).

2.3.Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunkanan dalam kombinasi, maka gabungan kata tersebut ditulis serangkai (tidak dipisahkan dengan spasi).

Contoh: antarkota; antikomunis, dasawarsa; amoral; swadaya; prasangka; mahasiswa

3. Penulisan Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).

Contoh: anak-anak; dibesar-besarkan; bermain-main; ramah-tamah;

4. Penulisan Gabungan Kata

4.1.Gabungan kata yang merupakan kata majemuk termasuk juga istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis secara terpisah (dipisah menggunakan spasi).

Contoh: kambing hitam; orang tua; rumah sakit umum; duta besar

4.2.Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai (tanpa spasi).

Contoh: bilamana; apabila; bumiputera; peribahasa; syahbandar; hulubalang.

5. Penulisan Kata Depan

Kata depan ‘di, ke, dan dari’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh: Kakak pergi ke luar negeri. ; Ibu datang dari Bandung besok. ; Ke mana saja kamu selama ini? ; Baju adik ada di dalam lemari.

(cara sederhana untuk mengingatnya adalah ‘kata depan’ merujuk pada ‘suatu tempat’ bisa berupa nama tempat, kata ganti tempat, atau menunjuk ke arah tempat tertentu. Jadi, jika kata di, ke, dan dari dimaksudkan untuk menunjuk tempat, maka penulisannya dipisahkan dengan ‘spasi’).

6. Penulisan Partikel

6.1.Partikel lah, kah dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (digabungkan tanpa spasi).

Contoh: Apakah yang tersirat dalam buku itu? ; Siapatah gerangan dirinya? ; Bacalah rambu-rambu lalu lintas dengan seksama!

6.2.Partikel pun ditulis secara terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Contoh: Apa pun yang hasilnya harus diterima dengan besar hati. ; Jika Ibu Pergi; adik pun ikut pergi.

6.3.Partikel per yang berarti ‘mulai, demi dan tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

Contoh: Harga jeruk ini Rp 10.000,00 per kg. ; Tamu undangan masuk satu per satu. Buruh pabrik itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

7. Penulisan Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya.

Contoh: Apa yang kumiliki boleh kauambil. ; Bukuku, bukumu, dan bukunya masih belum dikembalikan.

8. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan

Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan, lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.

Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, …

Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X (10), L (50), C (100), D (500), M (1 000), V (5 000), M (1 000 000)

Contoh: 5 kilogram beras; Rp 2.000,00; abad XX; 15 persen; ½ setengah; bab X pasal 6, halaman 77