Perlawanan Makasar terhadap Belanda
Pengeran Mautis dan
John van Olden Barnevelet merupakan dua tokoh terkemuda dari Belanda yang
memprakarsai VOC. VOC merupakan kongsi dagang milik Belanda. Kedua tokoh
tersebut yaitu Mautis dan Bernevelet, memberikan idenya untuk mempersatukan
kongsi – kongsi dagang Belanda.
Tujuan dari
dipersatukannya kongsi- kongsi dagang Belanda untuk menjadi kongsi dagang besar
bernama VOC. Kongsi dagang besar milik Belanda di bangun, tepat pada tahun
1602. Kerajaan Gowa, Sopeng, Bone, dan Tello merupakan kerajaan – kerajaan
kecil yang mulai bermunculan di Sulawesi Selatan pada abad ke – 17.
Kerajaan Gowa merupakan
kerajaan yang paling kuat diantara kerajaan Sopeng, Bone, dan Tello. Kerajaan
Gowa lebih dikenal dengan nama Makasar. Sultan Hasanudin mampu membawa Kerajaan
makasar mencapai puncak kejayaan. Masa kejayaan tersebut terjadi pada tahun 1654-1669.
Dalam hal pelayaran dan
perdagangan di wilayah Indonesia Timur, kerajaan makasar merupakan pesaing yang
paling berat bagi kompeni VOC. Persaingan yang sangat berat tersebut membuat
VOC mengatur suatu siasat. Siasat yang dilakukan VOC yaitu VOC berpura – pura
ingin membangun hubungan baik dan hubungan yang saling menguntungkan.
Raja Gowa menyambut
baik hubungan baik yang dilakukan oleh VOC, meskipun hubungan tersebut hanya
terlihat baik. Raja Gowa memberikan VOC izin untuk berdagang secara bebas di
wilayah kerajaan makasar. Lama kelaman VOC mulai menunjukkan niat yang
sebenarnya dalam hubungan yang terlihat baik dengan Raja Gowa.
VOC mulai menunjukkan
perilaku dan niatnya ynag ditunjukkan dengan mulai mengajukan tuntutan pada
Sultan Hasanudin, ketika VOC telah mendapat kesempatan untuk berdagang dan
mendapatkan pengaruh di Makasar.Sultan Hasanuddin menentang tuntutan yang
diajukan oleh VOC. Penentangan yang dilakukan oleh Sultan Hasanudin ini
terwujud dalam bentuk perlawanan dan penolakan terhadap semua bentuk isi
tuntutan yang diajukan oleh VOC.
Karena tuntutannya
ditolak oleh Sultan Hasanudin, kompeni atau VOC berusaha untuk mencari jalan
untuk menghancurkan Makasar. Keinginan VOC untuk menghancurkan Makasar ini
menyebabkan terjadinya beberapa kali pertempuran antara rakyat Makasar melawan
VOC.
Tahun 1633 menjadi
tahun pertama dalam pertempuran yang dilakukan antara rakyat Makasar dengan
VOC. Pertempuran yang kedua kalinya antara rakyat Makasar dengan VOC, terjadi
pada tahun 1654. Pertempuran tersebut terjadi, karena perilaku VOC yang
berusaha untuk menghalang – halangi pedagang yang masuk maupun keluar dari Pelabuhan
Makasar.
Dalam kedua pertempuran
tersebut, VOC selalu mengalami kegagalan. Kegagalan yang dialami VOC tersebut karena
pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni atau VOC. Pada
tahun 1666 – 1667 terjadinya untuk ketiga kalinya pertempuran antara rakyat
Makasar dengan VOC.
Pertempuran tersebut
dalam bentuk perang yang besar. Pada pertempuran ketiga tersebut, VOC dibantu
oleh pasukan dari Raja Bone, yaitu Aru Palaka dan Pasukan Kapten Yonker yang
berasal dari Ambon. Pasukan Raja Bone dan Pasukan Kapten Yonker membantu VOC
dalam menyerbu Makasar.
Speelman, pemimpin
pasukan angkatan laut VOC, menyerang pelabuhan Makasar dari laut. Pasukan Aru
Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan
pemberontakan terhadap Sultan Hasanuddin. Selain mendorong suku Bugis untuk
memberontak pada Sultan Hasanudin, Pasukan Aru Palaka juga melakukan penyerbuan
ke Makassar.
Meskipun terjadi perang
yang dahsyat, Sultan Hasanudin masih dapat mempertahankan Kota Makasar. Sayangnya,
di akhir cerita, Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani
perjanjian di Desa Bongaya, pada tahun 1667. Perlawanan
rakyat Makasar terhadap VOC atau kompeni, akhirnya mengalami kegagalan.
Salah satu faktor yang
menyebabkan kegagalan rakyat Makasar dalam melakukan perlawanan terhadap VOC
atau kompeni yaitu keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanuddin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC
selanjutnya dilakukan dalam bentuk lain, antara lain membantu Trunojoyo dan
rakyat Banten sertiap melakukan perlawanan terhadap VOC. Pada tanggal 18
November 1667, Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani perjanjian
Bongaya, yang isinya:
1.
Wilayah
Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
2.
Kapal
Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC
3.
Makasar
tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya
4.
Semua
benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pnadang yang kemudian
diganti dengan nama Benteng Roterrdam
5.
Makasar
harus mengganti kerugian pesar sebesar 250.000 ringgit