Pengertian Quantitative Easing (QE), Keuntungan dan Kelemahannya

Bagi kamu yang mempelajari ilmu ekonomi, kamu mungkin akan akrab dengan istilah QE ini. QE adalah kepanjangan dari Quantitative Easing.

Quantitative Easing adalah suatu kebijakan pemerintah dengan upaya penambahan uang baru ke pasar keuangan yang sedang bermasalah, namun hal ini dilakukan dengan jalan tanpa mencetak uang. Ibaratnya pemerintah bisa dikatakan mencetak uang tapi tanpa mesin cetak uang.

Misalnya, hal ini bisa dilakukan dengan jalan bank sentral membei instrumen keuangan seperti obligasi pemerintah dari bank atau dari perusahaan.

Baca juga: Pengertian Inflasi dan Penyebabnya

Keuntungan QE

Upaya QE ini pada dasarnya memiliki dua keuntungan. Keuntungan pertama adalah bank bisa mendapatkan uang tunai dari obligasi yang mereka jual.

Nah, tambahan uang baru ini kemudian dapat mendorong bank untuk dapat menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena bank harus mampu menjaga rasio pencadangan agar tetap seimbang.

Keuntungan kedua adalah suplai obligasi pemerintah yang turun dapat meningkat harganya. ketika harga obligasi ini naik, maka imbal hasilnya (yield) pun akan akan ikut turun.

Sementara yield obligasi pemerintah jangka panjang biasanya dijadikan acuan dalam bunga investasi jangka panjang lainnya. Akibatnya, bunga antar bank pun akan ikut turun.

Hal ini membuat bank mau tidak mau akan mengeluarkan simpanannya untuk memberikan pinjaman kepada pihak lain yang bunganya lebih tinggi.


Kelemahan QE

Meski mempunyai beberapa keuntungan, namun Quantitative Easing ini juga mempunyai kelemahan. Umumnya, langkah QE ini diambil sebagai senjaa terakhir yang dapat digunakan di saat -saat darurat atau ketika terjadi deflasi seperti penurunan harga di saat krisis.

QE dianggap sebagai senjata terakhir karena kebijakan QE ini berisiko menyebabkan terjadinya inflasi serius. Apabila jumlah uang baru terus bertambah, maka nilai uang di pasar akan semakin melemah atau murah.

Akibatnya, ketika ekonomi pulih maka suplai uang akan bertambah dengan cepat karena bank -bank akan semakin gencar dalam memberikan kredit dan masyarakat juga semakin gemar berbelanja.

Walau demikian, selama ini masih belum tercatat sejarah mengenai efek buruk QE ini. Jepang adalah salah satu negara yang pernah menerapkan kebijakan Quantitative Easing ini sejak tahun 2001.

Kenyataannya, Jepang hingga kini masih mempunyai inflasi yang terjaga. Efek samping lain yang mungkin ditimbulkan oleh QE ini adalah kondisi carry trade.

Carry trade adalah bentuk strategi investasi di mana investor meminjam dana dari negara dengan bunga rendah, kemudian investor tersebut menginvestasikannya pada negara tersebut dengan bunga tinggi. Hal ini dilakukan agar investor bisa mendapatkan keuntungan dari selisih bunga.