Biografi Dr Wahidin Sudirohusodo

Nama Dr Wahidin Sudirohusodo sudah sangat dekat dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dialah sang tokoh yang berpengaruh terhadap lahirnya organisasi Budi Utomo yang dianggap sebagai organisasi penggerak pertama yang berorientasi nasional. 

Karenanya, hari lahirnya organisasi ini, yakni tanggal 20 Mei, selalu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Organisasi Budi Utomo dianggap sebagai pelopor alias lambang dari bangkitnya kekuatan nasionalisme malawan penjajahan bangsa Indonesia. 

Atas jasanya dalam ikut mempelopori Budi Utomo, Nama Dr Wahidin memang layak mendapat predikat sebagai pahlawan nasional Indonesia. Meskipun ia bukan pendiri Budi Utomo, namun perannya dalam pendirian organisasi ini sangat besar terutama dalam menginspirasi para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta untuk mendirikan Budi Utomo.


Riwayat Kelahiran dan Masa Kecil Dr Wahidin Sudirohusodo

Dr Wahidin lahir di daerah Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1852. Beliau terlahir dari orang tua yang berdarah Bugis dan Makasar. Ia adalah seorang pelajar aktif yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan studinya di sekolah ini, ia melanjutkan sekolahnya di Europeesche Lagere School di Yogyakarta. 

Hasrat belajarnya yang besar, ditambah kecintaannya pada dunia medis dan keinginan untuk menolong sesama, Dr Wahidin lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya ke sekolah dokter Jawa atau yang dikenal juga dengan sebutan STOVIA di Jakarta.

Kesederhanaan dan Kedermawanan Dr Wahidin

Meskipun berasal dari keluarga mampu, Dr Wahidin bukanlah orang yang gemar berhura-hura dan berkumpul dengan orang-orang besar saja. Dia malah lebih suka bergaul dengan rakyat kecil sehingga ia pun bisa lebih mengerti bagaimana kehidupan rakyat jelata ini. Sikapnya yang ramah dan dermawan membuat Dr Wahidin disukai oleh banyak orang. Dari pergaulannya ini, Dr Wahidin pun menyadari apa akibat dari penjajahan Belanda bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang miskin. 





Timbul keinginannya untuk membebaskan rakyat dari penderitaan akibat penjajahan ini. Salah satu cara yang dipikirkannya untuk mengatasinya adalah dengan pendidikan. Pikir beliau, rakyat haruslah cerdas untuk bisa hidup lebih baik dan kemudian berjuang demi kemerdekaannya. Untuk itu, ia ingin agar rakyat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah.

Selain itu, Dr Wahidin berkeinginan untuk meringankan beban rakyat melalui kepandaiannya dalam hal pengobatan. Setelah mendapatkan gelar dokter, ia tentu senang sekali mengobati orang. Namun, bedanya dengan dokter lain pada umumnya, adalah ia tidak pernah meminta bayaran sedikitpun. 

Sikapnya yang baik dan dermawan ini membuatnya terkenal di kalangan rakyat. Apalagi, ia pun seringkali bergabung dengan rakyat untuk menabuh gamelan. Ia ternyata juga cinta terhadap kesenian seperti gamelan dan seni suara. 

Selain bergaul dengan rakyat biasa, ia juga berusaha mendekati tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di Jawa. Hubungannya dengan para tokoh itu lah yang dimanfaatkan untuk mengkampanyekan keinginannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

Baca juga: Lahirnya Sumpah Pemuda

Dedikasi untuk Mencerdaskan Bangsa



Dr Wahidin kemudian mengajak para tokoh masyarakat yang mampu untuk menyisihkan sebagian uang mereka agar dapat didonasikan. Donasi inilah yang nantinya hendak diberikan kepada para pemuda – pemuda cerdas yang tidak mampu melanjutkan sekolah karena kekurangan biaya. Sayangnya, pemikiran para tokoh ini tidak sejalan dengan Dr Wahidin dan tidak menyambut baik ide ini.

Tidak berhenti disitu, Dr Wahidin melanjutkan perjuangannya dengan melirik para pelajar STOVIA di Jakarta. Disana, ia menjelaskan detail gagasannya dan berupaya agar gagasan ini diterima. Salah satu anjurannya adalah agar para pelajar STOVIA mau mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan untuk memajukan pendidikan Indonesia sehingga mampu meninggikan martabat bangsa. 

Kali ini, gagasan Dr Wahidin mendapat sambutan baik. Para pelajar itu ternyata juga sependapat degnan DR Wahidin dan sepenuhnya menyarari bagaimana nasib rakyat Indonesia yang menderita akibat penjajahan masa itu.


Berdirinya Budi Utomo

Akhirnya, tanggal tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya pun resmi mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo menjadi organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. 

Betapa senangnya Dr Wahidin menyaksikan cita-citanya berada di jalur yang diinginkannya. Ia pun bisa berharap bahwa kemerdekaan Indonesia akan segera tercapai.

Pada tanggal 26 Mei 1917, Dr Wahidin Sudirohusodo meninggal dunia. Meski rohnya telah pergi, namun, perjuangannya meninggalkan jejak yang berarti bagi Indonesia. Ia adalah inspirasi atas lahirnya kemerdekaan dan kebangkitan nasional Indonesia. Pria ini pun kemudian dimakamkan di desa Mlati, Yogyakarta, di tanah kelahirannya.

Riwayat Pendidikan Dr Wahidin Sudirohusodo


  • Sekolah Dasar di Yogyakarta
  • Europeesche Lagere School di Yogyakarta
  • School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA)