Biografi Amphere si Ahli Fisika Dinamika

Kata ‘Amphere’ memang sangat familiar bagi kamu yang sedang belajar fisika bukan? Ya, ini karena Amphere memang seorang ahli bidang fisikan yang cukup fenomenal karena karya besarnya dalam bidang listrik. Nama Amphere sendiri pun digunakan sebagai satuan dari arus listrik untuk menunjukkan bahwa dia lah orang yang berjasa dalam penemuan besar ini.

Amphere memang seorang yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu pendidikan. Karenanya, sudah sepantasnya kita menghargai nama dan karya beliau. Untuk itu, sepantasnya pula kalau kita mengenal Amphere lebih jauh. 

Lantas, tahukah Anda tentang sekilas kisah hidup dari ahli fisikan bernama lengkap Andre Marie Amphere ini? Simak biografi Amphere di ahli fisikan dinamika berikut ini ya.

Biografi Amphere 

Dia adalah Andre Marie Amphere, yang akrab dengan nama panggilan Amphere. Amphere lahir di Lyon, Prancis, tepatnya tanggal 20 Januari 1775, sebagai putra seorang pedagang sutra kaya yang sekaligus juga merupakan pejabat pemerintah pendukung raja.

Semasa kecilnya, Amphere tidak pernah mendapat pendidikan di sekolah formal. Ya, ia memang anak saudagar kaya. Tapi, pendidikan formal memang tak diberikan oleh ayahnya. Ayahnya, lebih memilih memberikannya pendidikan secara langsung di rumahnya sendiri.

Meski belajar dengan ayahnya sendiri di rumah, tapi Amphere ternyata menunjukkan kecermelangan otaknya yang luar biasa. Sampai – sampai, Amphere telah mampu menguasai berbagai macam hal mengenai matematika yang dikenal pada zaman itu, ketika usiannya masih 12 tahun. 

Amphere pun cukup dikenal sebagai remaja yang cerdas dan berpengetahuan luas, sehingga ia pun lumayan disegani. Sayangnyadi tahun 1793, ketika usia Amphere masih 18 tahun, terjadi suatu revolusi besar di Perancis yang mengakibatkan sebuah pertempuran mengerikan yang hebat.

Pertempuran ini membuat kota tempat tinggal Amphere kacau balau akibat konflik antara pada pendukung raja dan pendukung republik. Sebagai salah seorang pendukung raja, ayah Amphere pun ikut terkena imbasnya. Para pendukung republik yang memenangkan pertempuran ini menangkan ayah Amphere bersama para pendukung raja lain kemudian memenggal kepala mereka dengan pisau gilotin.

Tentu Amphere sangat terpukul dengan kejadian itu. Tapi bagaimana pun juga, ia tetap melanjutkan hidupnya hingga di usianya yang ke – 24, ia memutuskan untuk menikah dengan tambatan hatinya. Dari pernikahan ini, Amphere dikarunia seorang anak lelaki yang membuatnya bahagia.


Kebahagiaan ini bahkan semakin bertambah ketika di tahun 1801, Amphere diangkat sebagai guru besar fisika di Bourg selama dua tahun karena kecerdasannya. Dengan kehidupan sebagai guru besar ini, Amphere menikmati hidup penuh kebahagiaan, serba berkecukupan sekaligus terhormat.

Tapi sayang, kebahagiaan ini ternyata tak bertahan lama. Saat usia putranya 4 tahun, istrinya meninggal dunia dan membuatnya begitu terpukul. Karena begitu sedihnya atas kehilangan ini, Amphre berubah menjadi orang pemurung, yang bahkan berputus asa. Sampai - sampai, Amphere memutuskan hijrah ke Ecole Polytechnique, Paris dan menghabiskan sisa hidupnya disana.

Ampere meninggal di tanggal 10 Juni 1836 di Marseille, Prancis. Di batu nisan Amphere tertulis Tandem Felix yang artinya ‘akhirnya bahagia’. Tulisan ini menggambarkan bahwa dia akhirnya menemukan kebahagiaan dalam ketenangannya di bawah batu nisan tersebut. Kabarnya, banyak yang meyakini bahwa hampir seluruh hidupnya dilewati dalam tekanan batin.

Baca juga: Bunyi Hukum Newton

Hasil Karya Ampphere

Terlepas dari semua kisah pilu yang dilewati Amphere, ia tetap saja seorang jenius yang cerdas. Kecerdasannya pun telah memberikan sumbangsih yang begitu berarti bagi ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahu Amphere terhadap berbagai hal, ditambah dengan bekal otak yang cemerlang ini lah yang mengantarkan Amphere dalam deretan penelitian yang berharga.

Ia meniliti berbagai hal sebagai seorang pekerja keras hingga bisa menghasilkan suatu jawaban berguna. Ia pernah menghasilkan sebuah temuan tentang jarum kompas yang dapat bergerak ketika diletakkan di dekat kawat (penghantar) yang berarus listrik. Penemuannya satu ini bahkan membuatnya berkeinginan untuk melakukan eksperimen lebih lanjut.

Eksperimen inilah yang kemudian membuatnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa kumparan tersibut sebagai magnet batang. Besi lunak dalam kumparan tersebutlah yang berubah menjadi magnet. Sementara kumparan yang berisi batang besi mampu menjadi magnet yang kuat. 

Salah satu temuannya yang paling dikenal adalah terkait hukum matematika yang dapat digunakan untuk menghitung gaya pada kumparan arus tersebut tersebut. Temuan ini pula yang membuat namanya begitu dikenal karena digunakan sebagai satuan arus listrik.

Sekaligus, melalui hukum dalam temuan ini pula, kemudian dikenal sebuah nama hukum elektrodinamika yang dapat dijadikan sebagai dasar teori elektromagnet ciptaan Maxwell.

Tak hanya temuan berharga saja, Ampere pun meninggalkan karya tulis berupa buku berjudul Bunga Rampai Pengamatan Elektodinamika (1822), serta Teori Fenomena Elektrodinamika (1826), dimana kedua buku ini ditulisnya dalam bahasa Prancis.