Benito Mussolini - Dari Debu Kembali ke Debu

Benito Amilcare Andrea Mussolini adalah sebutir debu dari tanah Desa Dovia, Provinsi Predappio, Negara Italia yang pertama kali menghirup udara desa itu pada suatu minggu cerah di bulan Juli 1883, tepatnya pada tanggal 29

Mengapa dianggap sebutir debu? Karena sosok pria yang sempat menjadi besar di Negeri Italia ini hanya terlahir dari pasangan yang terperangkap dalam kemiskinan. 

Tidak hanya miskin, keluarganya pun dihantam kehidupan yang sama sekali tidak harmonis. Suatu ketidakharmonisan yang tidak layak menjadi lingkungan hidup bagi seorang anak.

Ketidakharmonisan hidup inilah yang mengantarkan bocah ini tumbuh liar dan menjadi pemberontak. Mussolini kecil yang sudah kenyang akan perihnya kehidupan sempat bermimpi untuk menjadi penguasa Italia. 

Tapi, sejak kecil hingga dewasa kehidupannya seakan amburadul dengan berbagai catatan kriminal. Mussolini kecil sebenarnya adalah anak yang cerdas. Meski terbilang cerdas, tingkah lakunya seperti tidak terkendali. 

Hubungan sosial tidak pernah dia bangun secara apik. Kepiawaiannya dalam berpidato justru digunakannya untuk mengkritik pedas, menyinggung, dan melakukan propaganda sesuka hatinya. 

Suasana politik yang sedang tidak stabil di negerinya membuat orang yang gemar berpidato ini, sering merasakan dinginnya teralis penjara. Keluar masuk tahanan seolah menjadi makanan sehari-hari baginya.

Selain kegemaran dalam berpidato, Mussolini juga gemar melakukan kekerasan dan bermain wanita. Dua sifat buruknya inilah yang sering membuatnya dikucilkan hingga kehilangan pekerjaan-pekerjaannya sebelum akhirnya berkecimpung dalam dunia jurnalistik.



Karir pertama dalam bidang jurnalistiknya diawali dari menjadi redaksi di Koran Avanti, Koran resmi partai soialis, pada desember 1912 dalam usianya yang ke-29. 

Momen inilah yang merupakan titik tolak dalam kehidupan Mussolini. Sebenarnya, dunia jurnalistik pun juga tidak pernah membuatnya jera ataupun menyadari akan segala tindakan ketidaketisannya. 

Tapi keberuntungan sedang ada di pihaknya kali ini. Kemampuannya dalam meningkatkan oplah surat kabar dengan menyajikan propaganda, berita politik juga berpidato berhasil mengantarkan dia pada ketenaran.

Meski demikian, ketenarannya ini sebenarnya bukan diperoleh dari perbuatan mulia yang disenangi semua pihak. 

Justru keonaran, pemberontakan, penghasutan, serta pidato-pidato illegal tentang sosialis yang mengundang banyak musuhlah yang membuatnya dianggap sebagai idola bagi sebagian pihak yang lain. 

Ya! Ada juga kelompok yang nyatanya memuja sikap arogan dari Mussolini. Sikap penentangan dari pemerintah yang memenjarakan Mussolini dan menempatkan namanya di daftar hitam, dan bahkan membuatnya terusir dari berbagai kota dan Negara, justru membuatnya tampak sebagi pahlawan. 

Mussolini bahkan dinobatkan sebagai “Wakil Kaum Sosialis Romagna” dan juga dijuluki sebagai “Duce seluruh kekuatan revolusioner Italia”. Nama Mussolini terus meroket seiring masuknya dia dalam partai politik. Pidato-pidatonya bahkan mengantarkan Partai Sosialis meraih kursi tertinggi yang pernah ada, 53 kursi.


Baca juga: Biografi Mahatma Gandhi


Pemberontakan makin sering dilakukan Mussolini. Pada 9 juli 1914 dilancarkannya aksi “Minggu Merah”. Sebuah aksi pemogokan massal besar-besaran. Mussolini menggiring beribu-ribu orang dengan membawa bendera warna merah darah. 

Aksi ini membuat Mussolini sekali lagi ditangkap dan membuat kebrutalannya semakin bertambah hingga akhirnya dia dipecat dari Koran Avanti pada 19 oktober 1914.

Pemecatannya membuat Mussolini justru mendirikan Koran sendiri pada 28 oktober 1914. Mussolini mendapat dukungan banyak politisi, usahawan, dan wartawan. 

Korannya bernama il popolo d’italian (Rakyat Italia). Setiap artikelnya yang panas dan berani dalam mengkritik membuat oplah Koran ini melambung dan menjatuhkan pamor Avanti.

Pandangannya mengenai sosialis telah berubah. Bersama banyak pengikut baru yang bukan sosialis, Mussolini mendirikan gerakan yang dinamai “Fasci d’Azione Rivolusionarea”-kelompok pemuda yang ingin perang. Kata Fasci yang awalnya Cuma berarti kelompok, mulai menjadi simbol perjuangan Mussolini.


Dengan dukungan anggota yang berjumlah hingga puluhan ribu orang, Mussolini melakukan aksi jalanan, pemberontakan, dan propaganda di seluruh polosok italia. 

Fasci atau fasis telah tenar, dan bahkan mampu membubarkan parlemen bersama rakyat. Kepercayaan akan kemenangan membuat fasis mengikuti pemilu untuk pertama kali pada 12 setember 1922. 

Tapi keikutsertaannya dalam pemilu ini justru tidak sejalan dengan peruntungannya sebelumnya. Pemilu ini malah membuat pamornya turun lantaran tak satu kursipun yang diperoleh.

Mussolini sempat terpuruk dalam keputusasaan akan kekuatan fasis. Tapi justru bangkit lagi dengan memburuknya situasi Italia. 

Fasis yang sekali lagi menjajal peruntungannya dengan mengikuti pemilu, kini berhasil mendapatkan kepercayaan dengan memperoleh 35 kursi dari 535 kursi yang tersedia. 

Mussolini yang selalu membenci agama dan gereja sejak kecil, mulai menunjukan penghargaannya terhadap agama dalam pidato-pidatonya.


Italia tengah dilanda ketidakberuntungan. Krisis dan ketidakstabilan politik parah menyerang Italia dan membuat kabinet hancur silih berganti. Krisis ini dipandang sangat berbahaya bagi kedudukan raja. 

Tapi Mussolini justru melihat kondisi ini sebagai kesempatan emas. Mussolini lantas merencanakan kudeta pada sebuah pertemuan rahasia pada 16 Oktober 1922. Hanya dua pilihan yang ditawarkan Mussolini kepada sang Raja, pemerintahan fasis atau tidak sama sekali. 

Rajapun akhirnya mengangkat Mussolini menjadi Perdana Menteri termuda Italia di usianya yang masih 39 tahun. Tepat pada pukul 12 siang, 30 oktober 1922.

Mussolini bersiap memantabkan posisinya. Dia bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan dari banyak pihak. Revolusi telah dijalankan Mussolini dengan sukses. 

Kerusuhan menghilang di jalanan, kestabilan tercapai, pembangunan berjalan lancar, rumah sakit dan sekolah didirikan dimana-mana. Semua kemajuan ini menaikkan kepopuleran Mussolini dengan cepat. Mussolini semakin dipuja atas kesuksesannya membawa Italia pada kemajuan.

Langkah awal yang telah memantabkan posisinya ini dilanjutkan dengan memenangkan pemilu pada April 1924. Tapi langkah inilah yang justru membawa kemunculan seorang diktator baru dalam sejarah Eropa. 

Dalam Italia sistem korporasi dan Italia revolusi fasis, Mussolini melakukan pengontrolan besar-besaran pada semua aspek kehidupan rakyat Italia. Mussolini, yang sering dielu-elukan dengan “Duce” mulai gila terhadap penghormatan dan mulai melakukan indoktrinasi terhadap rakyat dan anak-anak di negerinya.


Baca juga: Biografi Kong Hu Cu


Kemajuan memang telah dihadirkan Mussolini di Italia dan juga diakui olah banyak pemimpin dunia di Negara lain. Bahkan Mahatma Gandhi menyebutnya sebagai “penyelamat Italia baru”. Ada satu nilai positif dari Mussolini tentang caranya menjalankan kehidupan pribadinya. 

Karena meski dalam kejayaannya, Musssolini tetap hidup dalam caranya yang biasa. Dalam kesederhanaan. Cara hidup Mussolini menunjukkan bahwa dirinya bukan sosok yang mendambakan harta yang berlimpah ruah dan kemewahan untuk dirinya sendiri. Tapi tetap, untuk Italia, Mussolini menggilai kejayaan yang berlimpah.

Ketenaran Mussolini ini pun sampai di Jerman. Pada tanggal 14 juli 1934, Mussolini mendapat kunjungan dari Hitler, kanselir Jerman, yang sangat mengagumi Mussolini. Bagi Hitler, ini adalah kunjungan spesial. 

Tapi bagi Mussolini, ini bukanlah pertemuan yang spesial. Tapi selanjutnya, pertemuan inilah yang di kemudian hari membawa perubahan besar dalam tata kepemimpinannya. Sebuah perubahan yang didorong oleh nafsu untuk mengantarkan Italia mengukir sejarah terbesarnya.


Mussolini yang mengidamkan kejayaan Italia sebagai penguasa dunia, mulai melakukan serangan pertamanya untuk menaklukan Etiopia pada 3 oktober 1935. Penyerangan ini sukses. 

Kesuksesan ini membuautnya terlelap hingga tak mengetahui bahwa kepemerintahannya sedang dilanda penyelewengan, korupsi, dan manipulasi. Bahkan Mussolini terus melancarkan impiannya untuk menjadi penguasa dunia.

Sekelompok pemberontak Spanyol datang kepada Mussolini untuk meminta bantuannya agar bisa mendirikan pemerintahan model fasis. Tentu hal ini membuat girang hati Mussolini. 

Meski menelan banyak dana hingga membawa kemerosotan ekonomi Italia, Italia terus membantu pihak pemberontak Spanyol yang ingin mendirikan pemerintahan model fasis ini.

Kisah berlanjut hingga pada 25 September 1937, Mussolini mengadakan kunjungan ke Jerman. Dalam kunjungannya ini, Mussolini terkesima dengan aksi penyambutannya yang dianggap luar biasa dari Hitler. 

Kondisi berbalik dari awalnya Hitler yang memuja Mussolini, kini Mussolini-lah yang memuja Hitler. Mussolini menjadi terobsesi dengan kejayaan Nazi Jerman. 

Bahkan kekagumannya ini, membuat Mussolini mengubah segala yang berbagu roma dan fasis, menjadi hal-hal berbau Jerman dan Nazi sekembalinya dia ke Italia.

Sementara itu, Mussolini masih terus berperang. Keadaan ekonomi Negara yang hancur dan carut marut seakan tak lagi diperhatikan. Kemiskinan merajalela, sementara Mussolini terus berusaha menguasai dunia. 

Tapi langkahnya mulai tak beraturan. Kekuatannya sudah tak cukup besar untuk menaklukkan bahkan satu negara saja. Perang-perang yang dilakukan Mussolini malah membawa Italia semakin merosot dalam keterpurukan dan kekalahan. 

Kondisi luar negeri kacau, dan kondisi dalam negeri juga semakin kacau. Kecintaan rakyat pada Mussolini berbalik arah pada kebencian. Ketidakpuasan rakyat akan kepemimpinan diktator yang haus kekuasaan ini mulai memuncak. Konspirasi penggulingan Mussolini pun dilancarkan.


24 Juli 1943 pertemuan diadakan untuk memojokkan sikap Mussolini. Tidak ada jalan bagi Mussolini untuk membela diri. Karena pertemuan ini, Mussolini terpaksa meletakkan jabatannya di hadapan Raja pada keesokan harinya. Inilah akhir dari kejayaan Mussolini. 

Kepemimpinannya yang awalnya dipuju-puja dari berbagai pelosok, kini justru dicemooh. Penurunan jabatan Mussolini bahkan dirayakan dimana-mana. Rakyat yang telah bosan pada sosok pemimpin ini bersorak sorai. Tak ada lagi yang memberikan dukungannya atau bahkan memuja namanya. “Duce” telah hilang.

Kehidupan Mussolini menjadi memprihatinkan. Setelah kehilangan kekuasaannya ini, Mussolini menjadi pelarian dan ditangkap di banyak tempat. Mussolini bahkan sempat menjadi boneka Hitler Republic Sallo sebelum akhirnya melarikan diri pada 23 April 1945 hingga tertangkap di Jerman.

Beberapa hari setelah tertangkap, utusan komite pembebasan Italia membebaskannya dari Jerman, bersama Claretta kekasihnya. Pada sebuah belokan, mobil yang membawa Mussolini dihentikan. 

Kolonel Valerio yang telah membebaskannya, kini malah menyudutkannya di tembok. Kolonel itu dengan suara puas dan lantang berkata kepada Mussolini “Atas perintah Korps Sukarela untuk kemerdekaan, aku dikirm untuk menjalankan keadilan atas nama rakyat”.

Tepat pada pukul 04.10 suara tembakan meletus dan bergema di pegunungan sebayak dua kali. Pagi hari berikutnya, dua mayat tergeletak di depan garasi Piazzale Loretto di Milan. Ya! itu adalah mayat Mussolini dan Clareta. 

Bukannya tersentak akan kematian mantan pemimpin mereka, orang-orang justru memaki, mengejek, meludahi, dan bahkan menembaki lagi kedua orang yang sudah menjadi mayat ini. Mayatnya tidak diurus selayaknya orang mati yang harus segera dikuburkan. 

Mayat ini justru digantung terbalik selama sehari. Hingga akhirnya, kedua mayat ini dimakamkan di pemakaman keluarga di Predapio pada hari berikutnya.



Ketika ditahan, dua tahun sebelum kematiannya ini, Mussolini pernah berkata


“INILAH TAKDIRKU: DARI DEBU, BERKUASA, KEMBALI KE DEBU”.
Suatu kisah yang menakjubkan dari sebuah mimpi anak kecil nakal untuk menjadi penguasa Italia, hingga akhirnya mendapatkan mimpinya untuk menguasai Italia. Ia pernah membawa kejayaan bagi rakyatnya. 

Membuat hampir seluruh rakyat Italia menikmati kesejahteraan. Sampai sebelum haus kekuasaan menodai kepemimpinannya. Sampai pada akhir hidupnya, jalanan kembali menampungnya dalam cemoohan. Kisah sebutir debu.